MINGGU OCULI
Sebuah Refleksi Terhadap Bencana Banjir Bandang
Sentani,16 Maret 2019 yang Kelam.
Ketika malam 16 Maret 2019, tidak semua tahu kalau akan terjadi Banjir Bandang di Doyo dan Sentani dan Longsor di Polimak. Memasuki hari keempat (20/3/2019) pasca bencana, tim gabungan TNI / Polri, Basarnas dan Tim Sosial telah menemukan 100 jenazah. Total korban yang terdampak bencana banjir bandang pada Sabtu malam (16/3/2019) mencapai 11.725 KK. Kerugian material yang bisa didata adalah 211 rumah terendam, 351 rumah rusak berat, 4 jembatan rusak berat, 8 drainase rusak berat, 4 jalan rusak berat, 2 gereja rusak berat, 1 masjid rusak berat, 8 sekolah rusak berat, dan 104 ruko rusak berat.
Ketika kita hendak membaca data yang ada diatas dan membayangkan keadaan sesungguhnya yang menimpa 11.725 KK,tentu kita akan kekuarangan kata dan bahasa untuk melukiskan pergumulan “malam” melawan badai. Ketika Harta dan nyawa hilang,dari 11.725 kk ada yang kehilangan anggota keluarga;anak-anak menjadi yatim-piatu karena kehilangan ayah dan ibunya,kehilangan saudara,bahkan masih ada korban yang belum ditemukan. Mereka kehilangan hari-hari bahagia mereka seketika itu. Semua harapan dan cita-cita tinggal kenangan,derai air mata meratapi keadaan itu. Semua orang merasa iba,prihatin dan cinta kasih mengalir terus kepada para korban. Tetapi sesungguhnya luka itu tidak akan sembuh. Semua kenangan pahit telah mematahkan semangat dalam renungan yang kelam. Oscar Wilde, Penulis dari Irlandia yang hidup ditahun 1854-1900 mengatakan :“Aku mampu bertahan menghadapi segala bencana, kecuali satu; kehilangan cinta”. Cinta itu hilang,tetapi kita tidak kehilangan Pengharapan. Pengharapan itulah yang membawa kita kepada Oculi Sunday,yang membutuhkan Iman untuk memasukannya dalam hati dan jiwa.
Apa artinya Oculi ? Oculi artinya “mataku tetap terarah kepada Tuhan” yang dikutip dari Kitab Mazmur 25:15 yang dalam Alkitab BIS(Bahasa Indonesia Sehari-hari) adalah "Mataku tetap terarah kepada TUHAN, sebab Ia menyelamatkan aku dari bahaya" . Siapakah yang dimaksud dengan kata “Mataku” yang dalam Ibrani diguakan kata `ayin. Tentu yang dimaksud adalah Daud (Mzm 25.1 ; Dari Daud. KepadaMU ya TUHAN,kuangkat jiwaku;). Jadi Mazmur 25 adalah Mazmur tentang DOA Pribadi,yang diungkapkan karena suatu perenungan pribadi yang sangat erat dalam doanya. Bagi Daud keakraban Tuhan dengan orang berdosa (dirinya) disampaikan dalam doa dan secara berturut-turut disampaikan tentang janji-janji Pengampunan, bimbingan, keamanan, persahabatn dan penebusan,yang lahir dari sikap Pengakuan,rasa hormat dan rasa percaya Daud kepada Tuhan. Oleh sebab itu Daud mengatakan “Mataku tetap terarah kepada TUHAN (Yahwe). Maka dalam keadaan seperti inilah sebagai orang Percaya kita akan mengatakan :“Mataku tetap terarah kepada TUHAN”. Maka Banjir Bandang tidak akan pernah menyurutkan IMAN Percaya kita,baik kita yang menolong maupun mereka yang selamat dalam bencana itu dan harus di tolong. Sebab ketika manusia memikirkan Kesejahteraan dan mengejar “dunia”, maka Bencana Menjadi Nasihat bagi kita semua. Begitulah kata Socrates Filsuf Yunani mengatakan :”Kesejahteraaan memberikan peringatan, sedangkan bencana memberi nasihat”. TUHAN sayang kita semua. Selamat memasuki Minggu Sengsara Yesus IV. Dengan tetap Menatap kepada Tuhan yang telah menolong dan menyelamatkan kita semua. >>Shalom !?Dea
0 comments:
Posting Komentar