Senin, 29 April 2019

Engkaukah yang akan datang itu ? Satu

Bagian 1

REFLEKSI
HUT GKI PNIEL KE 49 TAHUN
Selasa,30 April 2019

TEKS. MATIUS 11: 2- 6  “Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka. Di dalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus,lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepada-Nya: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" Yesus menjawab mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat:orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku."

Narasi 1 :
Sejak 1 abad lebih..tepat 109 Tahun yang lalu,Metudebi adalah “bunda” yang dari rahimnya lahir “anak-cucunya” di Tanah Tabi yang terus bertumbuh dan berkembang sampai pada usia yang ke 56 (tepatnya tahun 1966) ketiga anak (dari sekian anaknya) dari bunda itu berkeinginan meninggalkan tempat kelahirannya Metudebi ingin menetap di Entrop dengan Nama Panggilannya Silo,ke Hamadi dengan nama Panggilan Imanuel dan ke Wahno dengan nama panggilannya Pniel.  Pengembaraan keluar Kampung Kelahiran mendorong mereka untuk membanguni sebuah “Rumah” yang membuatnya harus menetap jauh dari tempat kelahirannya,dan Pniel memilih untuk jauh dari Tobati. Maka pada 30 April 1970 diletakanlah “Fondasi” dari Rumah Pniel itu.

Narasi 2 :
Perkembangan dan pertumbuhan di Wahno begitu pesat,dan terus berproses sesuai perkembangan dari waktu ke waktu. Dan ternyata perkembangan itu lambat laun merubah Penampilannya,kebiasaannya,tradisinya yang dulu di ajarkannya mulai berubah berkambangan sesuai dengan tuntutan waktunya. Hari ini usianya  menuju perkembangan setengah abad,dan tahun depan akan memasuki Yubelium-tahun Emas pertama. Ibarat seorang yang merantau jauh dan ingin kembali menjumpai bunda/Rahim yang telah melahirkannya di Tobati,ia harus mencari jalan untuk kembali. Jalan kembali kepada Rahim Bundanya adalah jalan yang sulit-dan bukan jalan yang mudah. Perjalanan kembali dari Wahno ke Tobati bukanlah jalan yang mudah. Mengapa menjadi “jalan yang sulit” ?? Memang sulit ? Karena inilah perjalanan kembali dengan Muatan Perkembangan Teologi,Muatan Perkembangan Liturgis dan tata cara yang terus bertumbuh,Dan Praktek Peribatan yang agak maju,yang ketika “sang anak” ini kembali ke Rahimnya maka akan ada banyak perbedaan dari tingkat pertumbuhan yang dialaminya. Namum dari Rahim Bunda yang melahirkannya,hanya bisa tersenyum,dan bersyukur kepada Tuhan.

Nah !!! Setelah 49 Tahun “Pniel” tampil dan mau kembali ke Bundanya di Tobati,lalu semua orang di Kampung Tobati bertanya : "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?"
Sdr-sdr..dari Narasi cerita ini ada pesan yang ingin disampaikan kepada kita dalam usia 49 tahun sejak Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung Gereja Pniel. Tapi Kehadiran persekutuan mungkin jauh sebelum 30 April 1970.

-------------------------------->>Bersambung

0 comments:

Posting Komentar