Foto: Dea262,Rumah di Kampung Yembekiri-2017
Lukas 24:13-35
Khotbah Pertukaran Mimbar GKI-TP dan GPI (Elim-Abe)
Melalui Perikop pembacaan Lukas 24:13-35 kita akan melihat letak Keadilan Allah yang merupakan Tema dalam Khotbah ini. Oleh sebab itu melalui bacaan tadi kita mendapati 3 pokok pikiran yaitu :
Pertama;Ayat 13-16,dijelaskan bahwa ada dua murid Yesus yang sedang dalam perjalan ke Emaus sambil mempercakapkan segala sesuatu termasuk “mayat Yesus yang hilang”. Saat itulah Yesus datang mendekati mereka berdua. “Satu hal yang disebutkan disini adalah “Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.”(ay.16). Jadi intinya bahwa mereka belum mengenal Dia yang mendekati mereka berdua-berjalan bersama mereka ketika itu”.
Kedua;Ayat 17-24 , Yesus bertanya tentang hal apa yang sedang mereka percakapkan. Lalu seorang bernama Kleopas menjelaskan tentang Yesus orang Nazaret,seorang Nabi yang dapat memnuhi keinginan orang Israel,tetapi akhirnya Mati di Bunuh. Tetapi kemudian Mayat-Nya tidak ditemukan,atas kesaksian beberapa perempuan dan beberapa teman mereka yang menysul ke Kubur itu. Kondisi psikologis yang Nampak dari Kleopas dan temannya adalah “muka muram”;suram,buram, kelihatan tidak gembira,atau Sedih.
Ketiga;Ayat 25-35,mendengar keluh kesah mereka,maka Yesus berkata “Hai kamu orang bodoh”. Kebodohan mereka berdua adalah melupkan semua “Janji” yang telah dinubuatkan di dalam Kitab Musa dan Nabi,bahwa Mesias harus menderita”. Mendengar penjelasana itu,kedua menawarkan tumpangan bagi Yesus,”sosok yang belum mereka mengenal. Ketika mereka sedang makan roti,mengucap berkat dan memecahkan roti,itu saatnya mata kedua orang itu terbuka,tetapi Yesus lenyap dr antara mereka. (ay.32)"Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?".
Sdr-sdr….!!! Dari tiga pokok pikiran yang muncul dari bacaan ini,maka ada DUA HAL penting yang manjadi perenungan kita saat ini.
1. Berjalan Bersama-sama dengan Mereka.
Jadi Perjalanan ke Emaus adalah perjalanan kekalahan bagi kedua murid tersebut, perjalanan yang berat dalam nuansa kesedihan dan traumatis. Pahlawan mereka; Yesus Kristus telah mati disalib, mereka mendengar cerita mengenai kubur kosong, tetapi mereka tidak percaya. Mereka telah kehilangan Iman kepada Yesus sebab Yesus tidak berhasil memenuhi apa yang mereka inginkan yaitu menjadi Mesias yang melakukan keajaiaban besar dan membawa kemenangan perang pada Israel.
Dalam kondisi itu Yesus sendiri yang mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka(ay 15). IA bertanya apa yang terjadi ? Apa yang kamu rasakan ?, Ia mencoba masuk ke dalam perasaan mereka yang hancur dan sedih, Yesus hadir dalam trauma mereka. Memang di Dalam hidup pasti ada trauma pasti ada luka. Dan luka terbesar dan terberat biasanya hadir dari hal yang kita cintai atau kasihi. Itulah mengapa luka/konflik dari dinamika pelayanan gereja di seluruh dunia biasanya yang terberat dan sulit disembuhkan karena di dalamnya ada cinta kita, cinta yang terluka (Kita bisa bayangkan Luka yang terjadi ketika Paskah di Srilanka). Tapi sebagai orang Percaya bukankah cinta selalu berjalan bersama luka, orang yang siap mencintai pasti siap terluka karena. Itulah harga sebuah cinta-kasihdan pelayanan Gerejaharus dibayar dengan luka dan pengorbanan. Selayaknya Kristus yang atas nama cinta-Kasih dan Anugerah Allahmengrobankan nyawanya. Pengorbanan yang penuh luka, tapi kita dingatkan perjuangan kita tidak sendiri Kristus berjalan bersama-sama dengan kita. Sering kita mengutip ayat “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Mat 18:20) makna nya tentu bukan sekedar kumpul-kumpul, kalau ada dua tiga orang berkumpul mereka saling berbela rasa , kalau ada dua-tiga orang berkumpul mereka saling menguatkaninilah yang terjadi bagi Yesus dan kedua murid itu. Hilangnya/lenyapnya Yesus di bagian akhir perjumpaan itu mungkin mau menjelaskan kemana Ia pergi, Ia pergi ketika kita sudah mengenalNya,Ia pergi ke dalam hati tiap orang yang percaya. Karena itu Bila ingin merasakan-Nya lihatlah dirimu dan sesamu.
2. Menunggu Kita Melihat-Nya.
Sebuah pertanyaan muncul pada kita semua, mengapa kedua murid tidak melihat Yesus. Banyak teolog menghabiskan waktuyang begitu banyak untuk menjawab pertanyaan ini. Tapi kalau boleh saya balik bertanya mengapa Yesus tidak memperkenalkan diri, mengapa ia tidak langsung menunjukan akulah Yesus Kristus, Anak Allah yang bangkit dari Kematian dan membawa Keselamatan. Mengapa Yesus membuat kedua orang itu harus menceritakan trauma mereka, terlihat dari wajah mereka yang muram (ay17)yang pastinya membuka lagi akar kepahitan. Mengapa ia tidak menyelesaikan saat itu sehingga tidak perlu ada perjalanan panjang ke kampung Emaus itu.
Hal menarik dari kisah ini Yesus tidak mengambil jalan praktis dan mengungkapnya pada mereka tetapi menunggu mereka untuk melihat dan mengunkapkan itu sendiri, Yesus menghadirkan sebuah proses. Ia membuat mereka bercerita mengungkapkan pengalaman mereka, Pandangan mereka, harapan mereka pada Yesus, dan duka mereka karena Yesus. Mereka menceritakan kisah mereka dan pandanganmereka yang pudar.
Kemudian Yesus mulai mengajar dan mengarahkan mereka, membuka Kitab para Nabi dan Kitab Musa untuk menguatkan mereka, memampukkan mereka dan membentuk pengharapan serta visi yang baru pada hidup mereka. Akhirnya mereka mengundang Yesus untuk untuk perjamuan makan dan saat Yesus memecahkan roti barulah Kleopas dan rekannya tersadar bahwa mereka sedang disapa oleh Yesus dan Yesus telah bangkit. Mereka mengatakan “Bukankah hati kita berkobar kobar” (ay 32). Itulah semangat baru, Pandangan/Visi Baru, harapan baru yang dirasakan oleh kleopas dan temannya atas sapaan Yesus kepada mereka, hati mereka berkobar kobar.
Yesus membuat kita berproses dari hidup yang lama kemudian memandu kita dengan Firman dan akhirnya melihat dan merasakan sebuah hidup yang baru,Hidup di dalam Iman. Ini adalah sebuah proses pembentukan, Pelayanan Gereja adalah proses pembentukan kita menjadi pribadi yang baru. Dan walaupun proses tidak pernah enak dan nyaman selayaknya cinta-kasihselalu hadir bersama luka. Menumbuhkan semangat pelayan di era milenial dimulai dengan kita menyadari proses ini penuh perjuangan, bahwa pelayanan adalah sarana pembentukan kita bersama Tuhan untuk mengenal Tuhan. Dinamika yang ada adalah cara Tuhan membentuk tubuh Kristus. Walaupun terkadang dinamika itu membuat kita berjalan memutar, berjalan lebih jauh, seperti mereka yang berjalan dari Yerusalem ke Emaus dan kembali lagi ke Yerusalem. Sebuah perjalanan memutar yang memantapkan Iman mereka, sebuah perjalanan memutar dimana mereka menemukan sesuatu yang melebihi keinginan mereka, sesuatu yang mereka benar-benar butuhkan.
Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" (Luk 24:32)
Keadilan Allah dalam Perikop ini adalah “Ketika Kristus berjalan Bersama dan Masuk ke dalam Trauma dan Kesedihan” setiap Orang Orang Percaya. Ia membiarkan manusia untuk berproses dan menemukan diri-Nya. Ia masuk dalam luka hati setiap orang percaya dan memberikan penyegaran dengan Firman dan Kebenaran, maka Keadilan Allah adalah KASIH yang TAK TERHINGGA. Kasih adalah Keadilan Allah yang selalu terwujud dalam “suatu proses” pencarian akan kebenaran dan keluar dari Trauma-untuk menemukan Shalom Allah. Dan itu hanya bisa terjadi ketika manusia telah “menemukan-Nya’ melalui perkejaan Roh Kudus. Amin.
0 comments:
Posting Komentar