Senin, 16 November 2020

HUT GKI DI TANAH PAPUA, SENIN, 26 OKTOBER 2020



HUT GKI DI TANAH PAPUA 

PEMBACAAN ALKITAB  : EFESUS 3 : 1 - 13

 TEMA  :  KEPELBAGAIAN UMAT DAN STATUS ORANG-ORANG KUDUS

PENULIS :PDT. SIENTJE LATUPUTTY, D.Th (STFT GKI I.S.KIJNE Abepura)

 1.      PEDAHULUAN

 Hari ini kita merayakan ulang tahun Gereja Kristen Injili di Tanah Papua yang ke-64. GKI yang lahir sebagai sebuah organisasi pada 26 Oktober 1956, saat ini telah tampil beda dalam berbagai aspek. Umat GKI pun semakin beragam dari latar belakang suku bangsa dan budaya yang memperkaya kehidupan bergereja tetapi sekaligus dapat menjadi ancaman jika kepelbagaian dalam GKI tidak dikelola dengan baik. Untuk itu mari kita belajar dari nasehat rasul Paulus kepada jemaat orang-orang kudus di Efesus yang beragam suku bangsa itu.

 2. PENJELASAN TEKS

 Surat Efesus adalah sebuah surat yang berasal dari Rasul Paulus. Dari penjara Paulus menulis surat kepada jemaat yang disebutnya sebagai ”orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus” (Ef. 1:1). Kendati ia terpenjara tetapi bagi Paulus, Injil tidak boleh terpenjara dan hidup jemaat mesti tetap berakar dan berdiri sebagai jemaat Tuhan. Sebutan “orang-orang Kudus” mempunyai makna penting untuk mengingatkan jemaat bahwa mereka berstatus khusus sebagai orang-orang yang percaya kepada Kristus Yesus, dan sedang hidup di tengah-tengah “orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus Yesus”.

 Terasa dalam isi surat Paulus kepada jemaat ini bahwa Paulus terus menerus menguatkan iman jemaat untuk tetap hidup sebagai orang-orang kudus atau orang-orang yang terpilih menjadi milik Allah untuk memuji kemuliaan-Nya (Ef.1: 14). Kegelisahan Paulus yang membuat ia berulang-ulang mengingatkan jemaat tentang status dan cara hidup mereka sangat mendasar, mengingat Efesus adalah sebuah kota di Asia Kecil (sekarang Turki) yang pada masa itu terkenal sebagai “kota yang cemerlang di antara kota-kota cemerlang lainnya di Asia”. Sebagai pusat perdagangan dengan pelabuhan yang sangat besar, banyak orang dari berbagai daerah atau bangsa, Yahudi dan non Yahudi, datang ke kota ini yang membuat Efesus menjelma menjadi kota gemerlapan yang penuh kemasyuran, kekuasaan, takhyul yang berlebihan serta dosa yang mencolok.

 Beberapa hal lain yang membuat Efesus terkenal adalah keberadaan kuil dewi Artemis atau dewi Diana yang disembah oleh seluruh Asia (lihat Kis. 19:27). Patung dewi yang berada di tengah kuil, diyakini turun dari langit (Kis. 19:35). Mereka memahami dan mempercayai bahwa dewi Artemis adalah Dewi kesuburan sebab itu ritus-ritus penyembahan kepada Artemis penting artinya. Penduduk Efesus juga melakukan penyembahan dan tunduk kepada kaisar, dan ada masalah antara orang-orang Yahudi dan non Yahudi mengenai ahli waris dalam Kristus Yesus.

2.1. Ayat 1-4: Kepada orang-orang percaya non Yahudi (yang disebut sebagai orang-orang yang dahulu tidak mengenal Allah), Paulus meyakinkan jemaat tentang status dirinya (Paulus) sebagai penerima wahyu yang memiliki pengertian tentang rahasia Kristus. Status berpengaruh atas isi ajaran dan penerimaan umat atas ajarannya.

 2.2.  Ayat 5: rahasia tentang Kristus dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus.

 2.3.  Ayat 6: isi rahasia itu adalah bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus. Terjadi gerak dari yang bersifat partikularis (keselamatan hanya kepada orang Yahudi saja) menjadi janji keselamatan yang bersifat universal, meliputi semua bangsa non Yahudi.

 2.4.  Ayat 7-11: penegasan kembali status Paulus dan tugasnya sebagai seorang pemberita.

2.5.  Ayat 12: Penguatan Paulus kepada orang-orang non Yahudi bahwa di dalam Kristus dan oleh iman kepada-Nya, mereka memperoleh jalan masuk kepada Allah, sehingga baik Yahudi maupun non Yahudi sama-sama memiliki rahasia Kristus dan memperoleh jalan masuk kepada Allah.

 2.6.  Ayat 13: jadi jangan tawar hati dengan keterpenjaraan Paulus karena penderitaannya adalah kemuliaan jemaat.

3. PENERAPAN

 GKI di Tanah Papua pada usia 64 tahun telah menjadi gereja yang besar dari sistem organisasi, wilayah pelayanan, jumlah jemaat, tenaga pelayan, kemampuan finansial, dan terdiri dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Bagaimana GKI dikelola dengan berpegang pada nasihat Paulus kepada jemaat di Efesus yang majemuk suku bangsa untuk meyakini kesatuan di dalam Kristus Yesus sehingga perbedaan suku bangsa tidak membuat perpecahan di dalam Gereja. Perbedaan sikap politik pun tidak boleh membuat perpecahan gereja karena kita semua adalah tubuh Kristus dalam keragaman fungsi, yang dibangun di atas dasar ajaran para rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus. Untuk itu pada usia GKI yang ke-64, GKI perlu terus menerus mereformasi diri agar tetap menjadi gereja Yesus Kristus yang universal, serta membawa umat manusia kepada pengenalan dan ketaatan kepada-Nya.


0 comments:

Posting Komentar