TEMA : TEGAKAN KEADILAN
AMOS 5 : 7-13
Tentang Amos
Amos adalah seorang biasa. Pekerjaannya sebagai gembala dan pemungut buah ara. Ia berasal dari Tekoa sebuah desa di perbukitan Yudea, sekitar 16 KM sebelah Selatan kota Yerusalem dan 6 KM di sebelah Selatan Betlehem. Beberapa informasi mengenai Tekoa misalnya dalam 2Tawarikh 20:20, nama Tekoa menunjukan padang gurun dan nama kota. Dalam Yeremia 6:1, nama Tekoa menunjukan sebuah tempat (desa).
Wilayah pertanian Tekoa subur karena memiliki banyak sumber air. Sesudah perpecahan kerajaan, Tekoa termasuk daerah yang harus diperkuat (lih 2Taw 11:6), dan raja Yosafat pernah memenangkan pertempuran dengan suku Moab dan Amon di situ (lih 2Taw 20:20). Namapaknya Tekoa merupakan tempat pengintaian yang penting dalam pertahanan wilayah Yehuda. Amos dipanggil dari desa ini oleh Yahwe untuk menyampaikan pewartaan di tempat peziarahan Betel. Amos bukanlah seorang nabi yang professional yang terikat pada salah satu tempat peziarahan atau ibadat, melainkan sesuai dengan pengakuannya yaitu seorang penggembala dan pencari buah hutan.
Amos berkarya di Israel pada zaman pemerintahan raja Israel Yerobeam II, kira-kira sekitar tahun 760 sebelum masehi. Kemungkinan Amos berkarya dalam waktu yang cukup pendek; mungkin kurang dari setahun. Amos menangkap panggilan Yahwe untuk mewartakan firman-Nya di kerajaan Utara (Israel). Pada waktu itu kerajaan utara sedang mengalami zaman keemasan, tetapi jurang yang semakin lebar antara kelompok kaya dengan sebagian besar rakyat jelata. Tema besar pewartaan Amos adalah kritik atas ketidakadilan sosial yang merajalela di Israel serta kritik atas penindasan terhadap orang yang tidak berdaya. Dia mewartakan akhir kerajaan utara, “kesudahan telah datang bagi umat-Ku Israel. Aku tidak akan memaafkan lagi” (Amos, 8:2).
Sdr-sdr... Besok kita akan merayakan Hari Kemerdekaan RI yang ke-75 Tahun. Dalam kehidupan ber-Bangsa dan ber-Negera - Pancasila Telah Menjadi Jiwa-Kepribadian dan Pandangan Hidup dan Dasar Negara - dan karena itu menjadi Sumber segala Hukum yang berlaku di Negara kita ini. Maka pada Sila Kedua dan Kelima,disana kita temukan Kata ADIL DAN KEADILAN. Dengan begitu Rakyat selalu mempertanyatakan tentang Keadilan itu apakah sudah berlaku secara merata di Negeri Nusantara ini ? Bukan saja pertanyaan tentang Keadilan disekitar Meja Persidangan,tetapi juga rasa ketidal adilan yang muncul ketika persoalan CNPS 2018 di diumumkan di Tahun 2020 baik di Papua dan Papua Barat ? Tetapi juga tentang Hak-Hak Pribumi atas Tanah,Hutan di seantero Jagat Nusantara ini selalu bergema dari kelompok-kelompok dan masyarakat kampung yang merasa tidak berhak atas Keadilan itu...!!! Semua pertanyaan tentang Keadilan ini maka,hari ini kita hendak mendengarkan bagaimana Nabi Amos,dipanggil oleh Tuhan untuk mengkritisi Ketidak adilan di tengah-tengah Bangsa Israel atau Kerajaan Utara.
Sdr-sdr....!!!!
PENDALAMAN TEKS : AYAT 7-13
Ada Empat Pokok Pikiran :
1. Ayat 7: ALAMAT NUBUAT INI. Amos berkata di ..........
Ayat 7: “Hai kamu yang mengubah keadilan menjadi ipuh, dan yang mengempaskan kebenaran ke tanah! sdr-sdr...
Ayat ini sama dengan di Amos 6:12b: “Sungguh, kamu telah mengubah keadilan menjadi racun dan hasil kebenaran menjadi ipuh! Atau dalam Yeremia 9:15: “Sebab itu beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: sesungguhnya, Aku akan memberi bangsa ini makan ipuh dan minum racun. Ratapan 3:15 “Ia mengenyangkan aku dengan kepahitan, memberi aku minum ipuh”. Jadi....
Amos 5:ayat 7: Menggambarkan kaum bangsawan Israel yang menjadikan keadilan atau hukum Allah suatu lelucon yang masam (ipuh)dimengerti sebagai pahit dan bengis. Kebenaran, ukuran kejujuran telah dihempaskan tak berdaya ke tanah. Hukum dimanipulasi demi kepentingan pribadi atau kelompok. Demikian juga kebenaran Allah diubah menjadi kebenaran yang diklaim kelompok untuk menindas rakyat kecil demi keuntungan kelompok. Dilihat dari redaksi ayat ini, sepertinya juga Amos merujuk kepada kitab Yeremia (bdk Yeremia 9:15). Hanya Amos menggunakannya dalam konteks yang berbeda. Amos terutama mengadopsi kata ipuh dan racun seperti juga digunakan dalam Am 6:12b.
2. Ayat 8-9: Identitas yang dikenakan kepada Yahwe
Ayat 8-9: “Dia yang telah membuat bintang kartika dan bintang belantik, yang membuat kekelaman menjadi pagi dan yang membuat siang gelap seperti malam; Dia yang memanggil air laut dan mencurahkannya ke atas permukaan bumi – Tuhan itulah nama-Nya. Dia yang menimpakan kebinasaan atas yang kuat, sehingga kebinasaan datang atas tempat yang berkubu.
Dalam ayat 8-9, nampak bahwa Amos beralih dari orang-orang yang telah melakukan perubahan yang sengit (terhadap keadilan dan kebenaran) di atas bumi (ayat 7), kepada pengubah Besar (Yahwe) itu sendiri (8-9). Amos melakukan ini bukan begitu saja untuk membandingkannya, melainkan untuk meminta kesimpulan bahwa pemutarbalikan kebenaran oleh manusia tidak dapat menang terhadap Allah, dan bahwa api penghukuman yang dijanjikan (ayat 6) terhadap penggoda akan meletus menyala dalam suatu kebinasaan (ayat 9) yang memang Yahwe mampu mendatangkannya.
Pada ayat 8-9 ada tiga gambaran yang ditampilkan oleh Amos. Ia melukiskan bahwa Yahwe pengubah itu bekerja. Pertama: perubahan-perubahan semusim gugusan bintang kartika dalam naiknya dan terbenamnya menandai awal dan akhir musim pelayaran, dan dipergunakan juga oleh bangsa-bangsa pengembara untuk maksud-maksud penanggalan. Barangkali bintang belantik mempunyai arti yang sama. Teks-teks yang berkaitan dengan “bintang kartika” yaitu Ayub, 9:9; 38:31. Bintang kartika juga diartikan sebagai tanda lingkaran bintang pada biduk dan bintang fajar pagi, yang bagi orang-orang Timur Tengah menjadi lambang khusus daripada harapan. Sedangkan bintang belantik yang oleh besarnya mereka sebut “seperti tatapan orang bodoh”.
Dalam bahasa Akad, Aram, Siria, dan Arab: bintang orion dijuluki “raksasa”. Kemudian dikenal Anjing besar dan Anjing Kecil. Dalam Ayub 38:31, dilukiskan bahwa kehilangan belenggu bintang belantik menunjuk kepada kuat kuasa Allah untuk melepaskan bumi dari ikatan musim dingin.
Kedua: ada perubahan siang dan malam secara teratur, yang Amos perinci dengan secara khas menunjuk kepada kegelapan dan terang, suatu gambaran yang lebih daripada yang lain menunjukan keseluruhan perubahan yang Allah wujudkan. Kata kerja mengubah adalah kata kerja yang sama seperti yang digunakan dalam ayat 7: apakah mereka mengubah yang satu menjadi yang lain? Demikianlah Ia lakukan, tetapi dengan cara yang jauh lebih besar agung! Malah kekelaman harus takluk kepada kemauanNya untuk menjadi pagi.
Ketiga: air menunjuk kepada air bah yang menggulingkan segala usaha manusia untuk menegakkan cara hidupnya di bumi. Justru Tuhan yang kuasa mengubahnya terutama diperlihatkan dalam perubahan-perubahan yang biasa dari hari-hari dan musim-musim, tidaklah terikat di dalam peraturan-peraturan-Nya yang ditentukan-Nya sendiri. Tidak ada keadaan yang begitu hebat sehingga membuatnya kebal, begitu aman sehingga tidak dapat diganggu gugat. Adalah Dia merupakan Tuhan.
3. Ayat 10-12: Konkritisasi dari ayat 7.
Ayat 10-12: Mereka yang benci kepada yang member teguran di pintu gerbang, dan mereka keji kepada yang berkata dengan tulus ikhlas. Sebab itu, karena kamu menginjak orang-orang yang lemah dan mengambil pajak gandum dari padanya, sekalipun kamu telah mendirikan rumah-rumah dari batu pahat, kamu tidak akan mendiaminya; sekalipun kamu telah membuat kebun anggur yang indah, kamu tidak akan minum anggurnya. Sebab Aku tahu, bahwa perbuatanmu yang jahat banyak dan dosamu berjumlah besar, hai kamu yang menjadikan orang benar terjepit, yang menerima uang suap dan yang mengesampingkan orang miskin di pintu gerbang.
` Pada ayat 10-12 Amos kembali melanjutkan ayat 7 yang secara khusus adalah tuduhan terhadap Israel. Atau boleh dikatakan bahwa 3 (tiga) ayat ini adalah fakta dari ayat 7 yaitu gambaran ketidakadilan yang dilakukan oleh kaum elit Israel (bangsawan) atau pemerintah. Petani yang miskin harus membayar pajak sehingga bangkrut dan dipaksa menjadi pelayan dalam tempat tinggal keluarganya yang dulu atau bahkan menjadi budak di salah satu tempat.
Jadi Ayat 10-12: mengikuti suatu pola yang ketat: tuduhan pertama (ayat 10) adalah berupa kebencian kepada teguran yang pada tempatnya; yang kedua (ayat 11a) tuduhan berupa ketiadaan hukum, praktek-praktek memeras. Yang ketiga adalah penghukuman yang diancam dengan pencabutan hak milik (ay 11b). Kini menyusul dua tuduhan selanjutnya , yang mengimbangi kedua yang pertama: tuduhan yang ketiga berurusan dengan ketiadaan hukum dan praktek-praktek yang memeras (ayat 12), dan tuduhan yang keempat dengan membungkamkan terguran yang pada tempatnya (ay 13).
Tiga ayat yang menggambarkan realitas ketidakadilan yang dialami oleh rakyat kecil di Israel mengingatkan saya pada teori J. Rawls tentang keadilan prosedural. Menurut Rawls keadilan adalah keutamaan institusi sosial. Hukum atau institusi meskipun efisien, tetapi kalau tidak adil harus diperbaiki atau diganti. Pernyataan ini sangat jelas, karena setiap orang mempunyai hak yang melekat pada prinsip keadilan yang tidak boleh dilanggar sekalipun atas nama kepentingan umum. Oleh karena itu hak-hak yang dijamin oleh keadilan tidak bisa dijadikan mangsa tawar-menawar politik.
Mereka memperlakukan hukum untuk kepentingan dan keuntungan pribadi dan kelompok (memanipulasi hukum) bukan untuk menjaga kemurnian relasi dengan Yahwe.
Berkaitan dengan pemikiran Marx yang prihatin dengan realitas pada zamannya di mana adanya kesenjangan yang cukup besar antar kapitalis dan kaum proletariat. Kaum kapitalis mengeksploitasi kaum proletar demi memperbesar modal. Mereka tidak peduli dengan keadilan sosial yang penting mereka mendapat untung. Bukankah ini juga yang sedang di kritik oleh Nabi Amos.
4. Ayat 13: Gambaran kebijaksanaan
Ayat 13: Sebab itu orang yang berakal budi akan berdiam diri pada waktu itu, karena waktu itu adalah waktu yang jahat.
Orang yang tidak berpengaruh tau bahwa apabila ia membawa perkaranya kepada pengadilan (ay 12b), ia tidak akan mendapat kepuasan, ia terpaksa berdiam diri menghadapi kesalahan-kesalahan yang tak diperbaiki dari orang-orang lain. Tampak bahwa banyak rakyat kecil yang bungkam akan keadilan karena adanya ketidakpuasan dalam penanganan perkara.Maka stabilitas politik pun akan semakin parah karena hukum diperjualbelikan, dipermainkan demi kepentingan segelintir orang. Melihat realitas ini Yahwe tidak bisa berdiam Diri. Ia murka dan hendak menghukum Israel karena mengabaikan perjanjian mereka. Melihat hal ini TUHAN ALLAH tidak akan berdiam diri,dan akan menghukum mereka.
Nah !!! Sdr-sdr.... ADA DUA PESAN FIRMAN TUHAN INI BAGI KITA?
1. Berkaitan dengan asas tujuan atau cita-cita negara Indonesia secara jelas dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan fundamental dibentuknya negara Indonesia adalah negara Indonesia yang bertujuan untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDI-P) Hasto Kristiyanto menilai, ketimpangan dan ketidakadilan dalam bidang ekonomi masih menjadi persoalan hingga saat ini. Bahkan banyak "Kritik keadilan di bidang hukum, keadilan di bidang ekonomi,Hak-hak Kepemilikan Adat/Hak Ulayat-marak dan terus menjadi pembicaraan dalam Negara ini," Bahkan demo-demo yang selama ini dilakukan-adalah hanya untuk menyuarakan KEADILAN-termasuk OAP yang menuntut Hak-nya di atas Tanah dan negerinya dalam Penerimaan CPNS 2018 yang diumumkan Tahun ini. Inilah Semua Rasa yang ada dan Perlakukan yang dialami olah masyarakat Indonesia ? ketika kita akan memasuki HUT RI ke 75 ? Sampai sejauh mana Keadilan Sosial yang manjadi tujuan Bangsa di tegakkan dan dinikmati oleh Rakyat yang kecil? Maka semua pertanyaan Rakyat ini akan dikembalikan kepada Para Pemimpin Bangsa-dan tentunya hanya kepada mereka yang memiliki Relasi dengan Tuhan secara baik (menurut agama dan kepercayaannya),mereka sajalah yang dapat menjalankan Keadilan bagi rakyat yang dipimpinnya. Mazmur 9:8 “Dialah yang menghakimi dunia dengan keadilan dan mengadili bangsa-bangsa dengan kebenaran”. Itulah sebabnya ditengah-tengah Situasi Pandemi Covid-19;maka Keadilan di bidang Perekonomian terus diperjuangankan-agar Bangsa ini tidak akan mengalami Krisis. Sebab Empat negara besar di dunia sudah terjungkal akibat resesi ekonomi. Pandemi covid-19 menjadi faktor terbesar resesi ekonomi ini.Negara-negara tersebut di antaranya Amerika Serikat (AS), Jepang, Korea Selatan, dan Singapura,juga Philipina- Bagaimana dengan Negara kita Indonesia-setelah Merayakan HUT ke 75 Kemerdekaan ? Bukankah Krisis ini pun telah menghantui sendi-sendi kehidupan kita selaku warga Kota Jayapura-akibat Pandemi Covid-19,bahkan di dalam Gereja-juga sangat terasa? Inilah saatnya kita kembali kepada Allah-seperti kata Nabi Amos.
2. Pesan Firman Tuhan yang kedua,adalah bagi kita selaku Warga Gereja/atau orang Keristen. Bahwa Oleh karena ALLAH adalah Kasih-maka Kasih telah menjadi dasar Berpijak dimana seluruh bangunan Kekristenan dan Iman kita bertumbuh-karena Kristus Yesus-yang adalah Kebenaran Sejati-IA-lah Dasar Persekutuan kita.. Mazmur 11:7 ” Sebab TUHAN adalah Adil dan Ia mengasihi keadilan;orang yang tulus akan memandang wajah-Nya. Karena itu..sdr-sdr...Dengan kasih Allah marilah kita saling mengasihi- KASIH akan mejadikan kita selalu untuk berpeilaku Adil dalam segala hal di segala situasi dan kondisi- saat ini dan disini. Maka dengan Keadilan dan Kasih kita selaku warga Gereja/Jemaat Pniel terus menjadi Pejuang dalam memutus mata ratai Covid-19. AMIN.