Jumat, 01 Maret 2019

“CAWAN MINUMAN SYUKUR”


“CAWAN MINUMAN SYUKUR”

Dalam Rumusan Liturgi Perjamuan Kudus GKI-TP tertulis : “Cawan minuman syukur diatasnya kita mengucap syukur,itulah persekutuan dengan darah Kristus”.

Dalam Ensiklopedia Alkitab Masa kini halaman 212,menjelaskan Kata Cawan bahwa Cawan zaman purba adalah mangkuk, lebih lebar tapi lebih dangkal dari mangkuk teh biasa. Umumnya dibuat dari tembikar, tapi ada juga dari logam (Yer 51:7).
1.      Ibrani kos, bejana, umum digunakan sebagai piala untuk minum, seperti yg digunakan oleh Firaun (Kej 40:11) ataupun oleh orang miskin (2 Sam 12:3b). Ukurannya bisa sebatas genggaman tangan atau lebih besar (Yeh 23:32), dan berbibir (1 Raj 7:26). Piala di istana Salomo dibuat dad emas.
2.      Ibrani gavia. Nama dari piala perak milik Yusuf (Kej 44:2 dab), dan nama dari mangkuk kandil emas di Kemah Suci, yg dibentuk seperti rangkaian buah badam (Kel 25:31 dab). Sebutan gavia dalam Yer 35:5 adalah nama untuk kendi. Mungkin juga kata itu nama bunga -- atau gelas minuman berbentuk piala.
3.      Ibrani saf. Nama tempat darah korban Paskah; Indonesia, 'pasu' (Kel 12:20). Juga nama dari beberapa perabot rumah tangga, muncul di antara peralatan yg diberikan kepada Daud (mungkin logam, berbeda dari tembikar, 2 Sam 17:28) dan pasu besar (Za 12:2).
4.      Ibrani qubba'at (Yes 51:17, 22) terang adalah bejana raksasa tempat anggur, dijelaskan sebagai kos.
5.      Ibrani 'aggan. Nama umum dari cawan besar pada zaman Semit purba, digunakan pada upacara-upacara keagamaan (Kel 24:6), atau tempat anggur pada pesta kebesaran (Kid 7:2). Sebagai penyimpanan anggur, mungkin bejana ini digantungkan pada pasak (Yes 22:24).
Dalam PB kata Yunani poterion mengacu kepada cangkir minuman dari berbagai jenis. Perabot tembikar terus digunakan (Mrk 7:4), tapi keluarga kaya mulai menggunakan gelas dan cawan tembaga, yg umumnya berbentuk piala, bnd piala misa suci yg tertera pada mata uang (lih IBA, hlm 89). Cawan yg digunakan pada Perjamuan Akhir mungkin adalah jenis mangkuk tembikar, daya isinya cukup memenuhi kebutuhan mereka (Mat 26:27).
Dalam Alkitab cawan mengandung arti kiasan, yakni terhisab beroleh berkat atau malapetaka yg diganjarkan kepada seseorang atau bangsa, atau pemilihan dan penentuan ilahi akan nasibnya (Mzm 16:5; 116:13Yes 51:17Mat 26:39 dab; Yoh 18:11) ARM/HAO.
Kadang-kadang 'cawan' digunakan sebagai metafora (kiasan), seperti dalam Mat. 26:39. Ketika Yesus bertanya kepada Yakobus dan Yohanes apakah mereka dapat ambil bagian dalam cawanNya (Mat. 20:22), yang Dia maksudkan adalah ikut mengalami penderitaan-Nya. Dalam berita Perjamuan Akhir dari Paulus, yang dimaksud ikut serta minum cawan Perjamuan Tuhan (1Kor. 11:26) adalah ikut memberitakan kematian Tuhan. Dan inilah yang menjadi Tugas dan Tanggung jawab IMAN setiap orang percaya yang telah datang ke “meja Tuhan” dan menerima“CAWAN MINUMAN SYUKUR”. Maka dengan demikian cawan hendak mengajarkan kita untuk terhisab,bertanggung jawab atas Iman kepada Kristus dan memperoleh Berkat dan anugerah keselamatan-Nya. /dea

Kamis, 28 Februari 2019

Suku Tet di Gresi Selatan

Satu bulan membangun komunikasi dan menanti kehadiran mereka.
"Kenangan waktu Mengunjungi Suku Tet di Gresi Selatan"
Klasis Kentuk Gresi.
Suku Tet,suka berpindah-pindah (nomad), 
Mereka mendiami hutan sekitan Gresi Selatan.
Menurut Kepala Suku  mereka adalah sisa dari
sub-suku  Tanah Tabi sebagai Penjaga dan Pengguhi Hutan Adat
dari Kentuk sampai ke Senggi 
Dengan Alat Tiup yang digunakan untuk menyambut kami,
telah digunakan untuk "menghentikan hujan".
(Bilive or Not;itulah yang terjadi)



Selasa, 26 Februari 2019

MINGGU ESTOMIHI

DOA DALAM PERGUMULAN
LUKAS 22:39-46
Minggu Sengsara - Warna Liturgi Ungu
Minggu,03 Maret 2019-GKI Pniel Kotaraja. 

Minggu Sengsara Tuhan Yesus yang pertama dalam Kalender Gerejawi disebut sebagai Mingggu Estomihi.  Kata Latin Esto Mihi = “Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan” (Mzm. 31.3b), biasanya  memakai tema  Yesus dalam kemuliaan di atas gunung (sebagaimana berlaku menurut penanggalan Tahun Liturgi sebelum Konsili Trente pada abad ke-16). Walaupun demikian kita akan melihat  ini sesuai dengan Pokok bacaan yang telah diturunkan dari Sinode GKI-TP. Maka kita akan merenungkan minggu Esto Mihi ini dengan Tema :"Doa dalam Pergumulan" dengan Tampilan Yesus di Taman Getsemani. 

Nas Khotbah : "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku ; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.  " (ay.42). Dalam  Alkitab BIS ayat 42 tertulis : "Bapa," kata-Nya, "kalau boleh,jauhkanlah daripada-Ku penderitaan yang harus Kualami ini. Tetapi jangan menurut kemauan-Ku, melainkan menurut kemauan Bapa saja." Kata jauhkanlah diterjemahkan dari kata ambillah yang dalam kata Yunaninya adalah paraphero / paraferw (baca :( parafero)  artinya : membawa pergi, mengambil; menyesatkan; meniupkan.

Untuk memahami dan memaknai LUKAS 22:39-46 maka kita akan menelusurinya dengan membagi 7 ayat ini dalam 4 bagian :

Pertama; ayat 39 “Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia”. Jadi sesudah makan Paskah Yesus keluar ke Taman Getsemani di kaki bukit Zaitun. Tempat ini adalah tempat yang sering Yesus Kunjungi oleh sebab itu tempat ini dipilih oleh Yesus karena sebenarnya Yesus tahu apa yang terjadi pada-Nya pada ayat 47,dimana ada Yudas dan rombongannya. Artinya bahwa Yudas tahu bahwa Yesus akan ke Getsemani.

Kedua; Ayat 40  “Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: "Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan."  Kata-kata ini diucapkan oleh Yesus kepada Murid-murid-Nya karena Yesus tahu apa yang sudah terjadi dengan Yudas. Kerena Yudas telah berkhianat kepada Guru-Nya dan sahabat-sahabatnya sesabagi murid-murid.

Ketiga; Ayat 41-43; “41  Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: 42  "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." 43  Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya.”  Yesus menjaukan diri dari beberapa murid dan mulai berdoa. Yesus dalam doanya mengetahui akan “cawan” yang akan mengancamNya,tetapi tidak berarti bahwa Yesus ingin lepas dari Penderitaan itu,dan itu di tunjukan dengan kata TETAPI, artinya bahwa sebagai Anak Allah itu tetap taat dan menyerahkan diriNya tanpa syarat. Di dalam Filipi 2 :6-7 “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” Kata Yunani kenow keno;kenosis dikenakan pada kalimat “mengosongkan”.yang artinya ;meniadakan,menyerahkan/meninggalkan hak. Jadi Yesus meniadakan diriNya sebagai yang Mulia,atau meninggalkan hak-Nya sebagai Anak Allah,sehingga Ia tidak menganggap diri-Nya setara/sama dengan Allah. Inilah keadaan Kenosis;yang sangat penting dan luar biasa dari Yesus. Oleh karena Cawan itu menjadi Hak Allah yang ditentutakan oleh Allah untuk dijalani oleh Yesus. Inilah sebuah ketegangan yang dialami oleh Yesus,sampai Lukas menyampaikan bahwa ada seorang malaikat yang hadir untuk memberikan kekuatan kepada-Nya.

Kempat;ayat 44-46 :”44  Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.45  Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya, tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita. 46  Kata-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan."   Ketakutan dalam pengertian ayat ini adalah “ketegangan/penderitaan dalam batin-Nya(rohani)”.

Maka gambaran singkat dari Laporan Lukas ini adalah : “Yesus tahu bahwa Yudas akan menghianati-Nya. Karena itu Yesus memilih Taman Getsemani,di kaki bukit Zaitun,karena tempat itu Yudas tahu karena Yesus sering ada di sana,sehingga dengan mudah Yudas dan rombongan bisa menyumpai-Nya. Karena Yudas sedang melakukan penghianatan,maka Yesus berpesan kepada murid-murid yang lain untuk “BERDOA-agar tidak jatuh ke dalam pencobaan seperti Yudas. Maka Yesus menjauh dari murid-murid dan Ia berdoa. Ketika itulah Yesus mengalami keadaan “kenosis” yaitu pengosongan diri sebagai Anak Allah,agar dapat merasakan penderitaan yang membawaNya pada ketakutan dalam bathin-Nya. Maka dalam Ketaatan-Nya, Yesus memohon sekiranya Cawan/Penderitaan itu berlalu,tetapi itu bukan kehendakNya,tetapi kehendak Allah yang jadi”. Maka kehendak Allah yang berlaku;bahwa Yesus harus menghadapi Penderitaan dan Kesengsaraan-Nya.

Apa Pesan Firman Tuhan ini bagi Kita,dalam memasuki Minggu Sengsara,dengan teman Khotbah Doa dalam Pergumulan dan Tema Esto Mihi “Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan”?

Jika kita pernah mendengar orang berkata "jangan pernah menganggap diri hebat atau bikin diri macam hebat !!!" Maka perenungan kita atas Minggu Estomihi (Minggu Sengsara I) dalam doa ;"Ya Bapa-Ku,jikalau Engkau mau ambillah cawan ini dari pada-Ku;tetapi bukanlah kehendak-KU,melainkan kehendak-Mu-lah yang terjadi" (ay.42).

1. Jadi Kalimat " ambillah cawan ini"...di dalam Injil Matius 26:39 tertulis ... "biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku,".  Dua kalimat "Ambillah Cawan ini" dan "Biarlah Cawan ini lalu" hendak menggambarkan  pergumulan Yesus yang luar biasa.  Inilah kekuatan :kenosis",yaitu kekuatan mengosongkan diri sebagai Anak Allah untuk menunjukan kemanusiaan Yesus. Begitu juga dengan kita manusia. Dalam status keberdosaan kita,maka apa yang melekat pada kita,kuasa,jabatan,dan materi tidak dapat menjadi pertimbangan dalam diri kita saat menghadap Tuhan dalam Doa,ketika kita memohon berkat-Nya atau bergumul dengan penderitaan,sakit-penyakit,dll. Karena semua yang melekap pada diri kita tidak menjadi ukuran untuk mengendalikan Tuhan,tetapi Tuhan-lah yang beraulat atas kehendak-Nya pada kita masing-masing.

2.Kata KENOSIS dalam Filipi 2:7 "melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, (krnosis = mengosongkan diri, menidiakan diri, menganggap diri tidak berguna, menjadi tidak ada isi, menjadikan sia-sia, menjadi tiada.). Sebagai tindakan dimana Yesus sedang bergumul atas "cawan" adalah dengan CARA :
Pertama : “tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertanhankan”. Bersedia menanggalkan status terhormat dan mulia.
Kedua : “mengosongkan diri” sebagai cara Kristus “mengambil rupa seorang hamba”. Dan memohon kepada Allah dengan kata "ambillah" dan "biarlah" CAWAN ini (penderitaan) ini berlalu/ditiadakan,
Ketiga : “mengsongkan diri” sebagai cara Kristus menjadi sama dengan manusia. Dalam wujud inilah IA sedang bergumul dalam Doa-Nya di Taman Getsemani. Bersedia untuk menanggun Penderitaan. Maka ;…Belajar dari cara Yesus bergumul dalam Doa-Nya,maka tindakan "Pengosongan diri-Nya" adalah hal terpenting yang dapat kita teladani yaitu :
1.      Karena Doa sebagai bentuk komunikasi manusia dengan Allah,maka manusia harus berada dalam status sebagai "orang berdosa".
2.      Sebagai Orang berdosa maka manusia tidak memiliki kemampuan yang di sadarinya,bahwa manusia sebenarnya tidak layak ada dihadapan ALLAH.
3.      Dalam "keadaan" inilah maka manusia berdoa kepada TUHAN Allah untuk meminta Kehendak Tuhan atas diri kita,atas pergumulan kita dan bukan atas keinginan kita. Yesus juga demikian sehingga kata "TETAPI" hendak menegaskan kesediaan-Nya atas apa yang akan ditanggungkan atas-Nya oleh ALLAH yaitu CAWAN.
Maka marilah dengan cara ini kita hendak merenungkan Minggu Estomihi ini,bahwa di dalam pergumulan kita, Tuhan adalah Gunung Batu dan Tempat Perlindungan yang kekal.
Amin.





Jumat, 22 Februari 2019

“Hidup ini tidak boleh Sederhana karena Hidup ini adalah Kesempatan”



“HIDUP INI TIDAK BOLEH SEDERHANA. HIDUP INI HARUS HEBAT, KUAT, LUAS, BESAR DAN BERMANFAAT. YANG SEDERHANA ADALAH SIKAPNYA”

Marilah Kita Telaah PERNYATAAN diatas.
Pernyataan 1 : HIDUP INI TIDAK BOLEH SEDERHANA.
Pertanyaannya Mengapa ?
Pernyataan 2 : HIDUP INI HARUS HEBAT,  KUAT,LUAS,BESAR DAN BERMANFAAT . Pertanyaannya Untuk Apa ?  Memiliki pertanyaan dalam hidup ini adalah sesuatu yang wajar, karena dunia ini menyimpan banyak pertanyaan besar. Namun menanyakan hal-hal sederhana yang bermakna pada diri sendiri itu masih jarang dilakukan orang.
Pada prinsipnya sebuah Pernyataan tidak membutuhkan Jawaban,karena memang bukan Pertanyaan,tetapi dalam kalimat “YANG SEDERHANA ADALAH SIKAP” sebenarnya merupakan Jawaban dari yang telah memberikan Pernyataan. Karena itu setiap orang yang membuat Pernyataan,dia juga memiliki Jawabannya.
 “HIDUP INI TIDAK BOLEH SEDERHANA. HIDUP INI HARUS HEBAT, KUAT, LUAS, BESAR DAN BERMANFAAT. YANG SEDERHANA ADALAH SIKAPNYA” adalah pernyataan retorik dan ini biasanya mengarah pada bentuk pernyataan pemberi semangat, kritik ataupun gagasan yang banyak dipakai ketika orang berpidato dan juga orasi. Maka dengan Pertanyaan MENGAPA dan UNTUK APA adalah Pertanyaan bermakna yang membuat kita harus berpikir dan merasakan secara mendalam, pertanyaan yang menuntun kita pada kebenaran, kesaksian, dan perubahan atas sebuah PERNYATAAN. Walaupun Kalimat pernyataan atau kalimat Deklaratif merupakan kalimat yang berisi pernyataan suatu hal yang bersifat informatif tanpa mengharap respon dari orang yang mendapat kalimat ini. Sementara itu, kalimat pertanyaan atau kalimat Interogatif adalah kalimat yang ditujukan untuk menanyakan sebuah informasi kepada orang lain dan orang lain tersebut harus menjawabnya. Maka PERNYATAAN diatas berubah menjadi sebuah PERTANYAAN,menjadi sebuah KALIMAT TANYA TAK BERTANYA….karena memang isinya adalah sebuah PERNYATAAN.
Supaya kita dapat menemukan Makna Pernyataan diatas maka kata yang perlu kita meminta penjelasan pada KBBI adalah kata : HIDUP,SEDERHANA dan SIKAP. Berikut penjelasan KBBI :
1.   Hidup : masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya (tentang manusia, binatang, tumbuhan, dan sebagainya)

2.   sederhana/se·der·ha·na/ a 1 bersahaja; tidak berlebih-lebihan: hidupnya selalu --; 2 sedang (dalam arti pertengahan, tidak tinggi, tidak rendah, dan sebagainya): harga --; 3 tidak banyak seluk-beluknya (kesulitan dan sebagainya); tidak banyak pernik; lugas: ia menerangkan dengan kalimat-kalimat yang --;

3.   sikap /si·kap/ n 1 tokoh atau bentuk tubuh: -- nya tegap; 2 cara berdiri (tegak, teratur, atau dipersiapkan untuk bertindak); 3 perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian, keyakinan: rakyat akan selalu mengutuk -- pemimpin-pemimpinnya yang kurang adil itu; 4 perilaku; gerak-gerik ,bertingkah laku dengan gaya yang dibuat-buat (supaya tampak gagah dan sebagainya);

Karena saya tidak mau menyimpulkannya sendiri,maka kita minta bantuan para pemikir yang telah menyatakan pendapat mereka tentang tiga hal seperti berikut  ini:
HIDUP :
1.   Albert Einstein (Ahli fisika dari Jerman dan Amerika Serikat 1879-1955)Hidup itu seperti bersepeda. Kalau kamu ingin menjaga keseimbanganmu, kamu harus terus bergerak maju.
2.   Plato (Filsuf dari Yunani 427 SM - 347 SM)Musik adalah hukum moral. Ini memberi jiwa ke alam semesta, sayap untuk pikiran, terbang ke imajinasi, dan pesona dan keceriaan untuk hidup dan untuk semuanya

SEDERHANA :
1   Karl BarthSukacita adalah bentuk sederhana dari rasa syukur.
Asli: Freude ist die einfachste Form der Dankbarkeit.
 Cak Lontong:Miskin itu kondisi hidup, sederhana itu gaya hidup

SIKAP :
  1. Mahatma Ghandi:Kasih sayang merupakan bentuk tertinggi dari sikap tanpa kekerasan
  2.  William Jems (Filsuf dari Amerika Serikat 1842-1910 )  ”Revolusi terbesar pada generasi kita  adalah  penemuan bahwa manusia, dengan mengubah sikap batin akalnya, dapat mengubah aspek- aspek lahiriah dalam hidupnya.”

Kembali pada persoalan yang hendak saya munculkan dari Pernyataan diatas adalah : MENGAPA DAN UNTUK APA?. Secara Theologis dari ketiga kata  diatas,  Rasul Paulus di dalam Roma 12:16:mengatakan ...”Hendaklah kamu sehati sepikir   dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!” Sederhana dalam ayat ini menggunakan kata yunani tapeinov /tapeinos (baca:tapinos) artinya : rendah, sederhana; miskin, dari rakyat jelata; murung, putus asa (2Kor 7.6); kurang percaya diri, lunak, lembut (2Kor 10.1)(sumber:Alkitab Sabda). Kalau begitu makna apa yang bisa kita imajinasikan adalah :

1.   Pemilik Pernyataan di atas adalah Wakil Gubernur Papua (sekarang). Jika pernyataan ini ditujukan bagi mereka yang memiliki “kekayaan/materi” tentu bukan menjadi Masalah. Tetapi jika Pernyataan ini berlaku umum bagi semua Masyarakat di atas Tanah Papua (Provinsi Papua),maka ini merupakan Pekerjaan Rumah bagi Pemerintah saat ini. Karena apa yang dikatakan oleh Karl Barth atau Cak Lontong  adalah sebuah fakta bahwa Miskin adalah Kondisi real masyarakat Pinggiran,Pegunungan,Penghuni Muara kali dan hutan bakau,yang akan memilih hidup sederhana dan berkecukupan untuk dapat bersyukur kepada TUHAN atas Hidupnya.
2.   Oleh karena HIDUP itu harus terus bergerak seperti arti dalam KBBIjuga Albert Einstein dan Plato, maka yang HEBAT, KUAT, LUAS, BESAR DAN BERMANFAAT,harus membuat seorang atau orang-orang merasakan KEADILAN dalam Hidupnya. Karena itu KEADILAN akan menghembuskan NAFAS KESEIMBANGAN dalam kehidupan yang terus bergerak mencapai Pernyataan itu.
3.   Jika Mahatma Ghandi benar dalam pemikirannya bahwa “Kasih sayang merupakan bentuk tertinggi dari sikap tanpa kekerasan”. Maka yang HEBAT, yang KUAT, yang LUAS, yang BESAR DAN yang BERMANFAAT; HARUSLAH Terbagun dalam SIKAP CINTA KASIH tanpa Paksaan,intimidasi,Kekerasan,

Korupsi,
Kolusi,Nopotisme dan hal-hal Negatif lainnya yang sebenarnya bertentangan dengan SIKAP dan NURANI Manusia.
Kesimpulannya: Maka untuk mencapai semua yang HEBAT, yang KUAT, yang LUAS, yang BESAR,maka perhatian pada GENERASI MILENIAL ke depan adalah dengan GIZI YANG BAIK,KESEHATAN YANG BAIK,EKONOMI YANG BAIK,PERTAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK YANG BAIK,BAYI-BAYI YANG LAHIR JUGA HARUS SEHAT,ALAM DAN LINGKUNGAN TERPELIHARA,dll. Maka dengan demikian PERNYATAAN RETORIS INI MENJADI PERTANYAAN YANG HARUS DIJAWAB dalam Konteks lokal masing-masing pribumi yang mendiami Pulau Papua ini….!!! Semoga Bapak Wagub Provinsi Papua akan terinspirasi atas apa yang telah saya Telaah dari Peryataan Bapak. Tks.dea.


YESUS adalah HARAPAN



“SIAPAKAH SEORANG LUMPUH”
(YESUS adalah HARAPAN;dalam Lukas 5 :17-26)

Albert Einstein Lahir: 1879-1955 mengatakan :”Hidup yang berharga adalah hidup yang dapat memberikan kehidupannya kepada orang lain”

Naskah Telaah : Lukas 5 : 18

1.   Menurut Lukas bahwa ketika Yesus mengajar,maka orang Farisi dan Ahli Taurat datang dari semua desa di Galilea,Yudea dan Yerusalem. Berapa banyak desa dari tiga kota ini tidak disebutkan,tetapi dengan Imajinasi kita mampu mendapatkan jumlah itu dengan memperhatikan ayat 19 dengan kalimat…” berhubung dengan banyaknya orang di situ”….jadi bisa ratusan atau ribun orang.
2.   Oleh karena Yesus sedang Mengajar maka ada beberapa orang sedang mengusung seorang lumpuh,tetapi usaha mereka gagal (ay,18),dengan kata lain mereka tidak leluasa mengusung si lumpuh itu ke dahapan Yesus,sementara orang banyak itu tidak memberikan jalan. Keadaan inilah yang tidak terjadi. Mengapa orang Farisi dan Ahli Taurat tidak memberikan jalan ? ITULAH PERSOALAN DALAM LAPORAN LUKAS yang akan dijawab…>>> ikuti telaahnya.
3.   Menurut Lukas karena banyak sekali orang telah “menjadi penghalang” tetapi mereka (pengususng) tidak kehilangan akal dan dengan mencari jalan/cara lain yaitu membongkar atap untuk menurunkan “orang lumpuh itu”(ay.19)..>>Dan tindakan “membongkar atap” sebagai cara terakhir karena mereka berharap dan yakin bahwa Yesus mampu menyembuhkan orang lumpuh itu.

Kembali kepada Pertanyaan dalam topic bahasan ini yaitu: SIAPAKAH SEORANG LUMPUH ITU? Untuk mendapatkan jawaban tersebut maka kita harus memunculkan suatu pertanyaan lain. Pertanyaannya adalah “Mengapa orang Farisi dan Ahli Taurat” tidak memberikan ruang atau memberikan jalan bagi para Pengusung untuk membawa “orang lumpuh” itu kedahapan Yesus?

Dalam Naskah Lukas 5:18 "Orang lumpuh" dipakai kata   paraluw = paraluo (ou = maskulin) orang lumpuh/pincang. Menurut Wolfgang Stegemann, dalam bukunya “Injil dan Orang-orang Miskin” mengatakan bahwa dalam Perjanjian baru istilah Yunani yang paling sering digunakan untuk menggambarkan kemiskinan adalah istilah ptochos. Baginya,seorang ptocos tidak memiliki sesuatu apapun. Jadi Orang Miskin selalu disebutkan dalam suatu rentetan dengan orang sakit;orang cacat,orang buta,orang lumpuh,dll. Seperti di dalam Lukas 14:13 “Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta”.

“Orang-orang Miskin” dalam Lukas 14:13 digunakan kata  ptochos = yang atinya miskin, melarat atau tergantung bantuan orang lain. Dan Yesus adalah Sahabat Bagi Orang Miskin. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa orang-orang miskin dalam Lukas adalah orang-orang yang miskin materi sehingga dijauhi dan dipinggirkan oleh masyarakat. Mereka adalah rakyat jelata,yang tidak punya apa pada diri mereka. Dengan demikian maka apa kesimpulan kita tentang telaah ini. Berikut kesimpulannya…..

1.   Bahwa Orang Lumpu adalah seorang ptokhos; begitu juga dengan sahabat-sahabatnya adalah kelompok ptokhos (miskin). Sebagai orang-orang ptokhos;maka mereka tidak diterima dalam masyarakat Yahudi yang “kaya” termasuk orang Farisi dan Ahli Taurat. Oleh karena “Status social” seorang ptokhos maka mereka tidak diberikan “jalan” oleh orang Farisi dan Ahli Taurat dan atau membantu mengusung “seorang lumpuh itu” kehadapan Yesus.

2.   Dalam Lukas 1:52 “Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah”. Dengan demikian maka bagi seorang ptokhos (lumpuh,buta,bisu,tidak punya makanan,dll) mendapat jaminan dan kepastian kesembuhan/pemulihan dari Yesus. Maka makna YESUS bagi seorang Ptokhos adalah PENGHARAPAN. Hanya Yesus saja yang dapat memberikan HARAPAN bagi orang Lumpuh itu.

3.   Yang Pasti,Yesus dapat melakukan Mujizat,karena Dia adalah Inkarnasi dari Allah;segala Kuasa ada pada-Nya. Karena itu istilah ptokhos atau “kemiskinan” merupakan Kiasan dari kehidupan manusia di Zaman ini,maka “kemiskinan abad ini” adalah kemiskinan atau Krisis “IMAN DAN PENGHARAPAN”. Maka tugas kita adalah “SETIA DALAM KEBERSAMAAN-UNTUK MEMULIHKAN ORANG LAIN”.

Demikian kata AUGUSTINUS;Filosof, teolog dan Bapa Gereja dari Romawi Kuno tahun 354-430,mengatakan :”Seperti apakah cinta? Cinta mempunyai tangan untuk menolong orang lain. Cinta mempunyai kaki untuk menolong yang miskin dan membutuhkan. Cinta mempunyai mata untuk melihat penderitaan dan keinginan. Cinta mempunyai telinga untuk mendengar rintihan dan kesengsaraan. Seperti itulah cinta.” Dea.



Kamis, 21 Februari 2019

“BERNYANYI DAN BERSORAK BAGI TUHAN DENGAN SEGENAP HATI"


“BERNYANYI DAN BERSORAK BAGI TUHAN DENGAN SEGENAP HATI"
(Efesus 5:19b)
(sebuah Pesan Moral bagi Masyarakat Kota Jayapura)
Apa pesan Tuhan untuk yang terbaik dalam Lomba ??? Baca sampai akhir refleksi singkat ini”…?? Dea.

“Bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan dengan Segenap Hati” telah dipilih menjadi Tema dalam Lomba Paduan Suara Dewasa PKB dan PW dalam Rangka Memeriahkan HUT Kota Jayapura tanggal 7 Maret 2019 dan HUT PI Tanah Tabi tanggal 9 Maret 2019. Karena ini merupakan sebuah Lomba yang di dasarkan pada Efesus 5:9b,maka menjadi penting untuk kita memaknai Tema ini dalam Lomba tersebut.

BERNYANYI DAN BERSORAK
Nyanyian merupakan salah satu unsur yang penting dalam lturgi ibadah baik dalam ibadah minggu maupun ibadah yang lain. Nyanyian merupakan ungkapan syukur seseorang atau orang-orang (kelompok) kepada Allah Sang Pencipta. Melalui nyanyian  manusia dapat mengungkapkan,rasa kagum  kepada TUHAN, menyatakan Imannya dan juga bersyukur atau menyatakan penyesalam kepada-Nya. Syair dalam nyanyian merupakan bahasa yang dapat menyentuh, menggugah emosi bahkan secara psikologis dapat mengubah cara pandang mausia tentang suatu hal,apakah itu berhubungan dengan manusia,lingkungan hidup,pola hidup dan hubungan social.
Dalam bernyanyi terkadang mengunakan alat-alat musik,tetapi terkadang tanpa alat music,tetapi diikuti dengan gerak tubuh orang yang bernyanyi. Di dalam Alkitab PL tercatat nyanyian Miryam dalam Kitab Keluaran saat Miryam dan Musa memimpin Bangsa Israel bernyanyi dan bermain musik karena Allah telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Pada waktu itu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan: “baiklah kau bernyanyi bagi Tuhan sebab Ia tinggi luhur,...(Kel 15:1)”
Dalam Perjanjian Baru, kita mencatat bahwa Yesus dan Para Murid menyanyikan kidung hallel (Mat. 26:30 dan Mrk 14:26). Rasul Paulus menulis dalam  Surat Efesus dan Kolose:’’..dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam Mazmur, Kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati” (Ef 5:19; dan Kol 3:16). Rasul Paulus dalam Efesus Pasal 5:19 dan Kolose 3 :16 telah membagi nyanyian menjadi tiga bagian yaitu : “dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam Mazmur, Kidung puji-pujiandan Nyanyian Rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati . Kepada Jemaat Kolose Paulus mengatakan : “hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmurdan puju-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu” (Kol. 3:16).

        Jadi Nyanyian bagi Rasul Paulus sebagai tanda ungkapan syukur kepada Tuhan maka nyanyian itu dibagi menjadi 3 yaitu : MAZMUR,KIDUNG PUJIAN dan NYANYIAN ROHANI. Sehingga baik dalam Ef 5:19; dan Kol 3:16 ketiga bentuk Nyanyian ini sama. Hal ini Nampak ketika Rasul Paulus menderita, ia mampu bernyanyi bagi Allah; “tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan nyanyian puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka” (Kis 16:25). Berikut arti tentang Mazmur,Kidung Pujian dan Nyanyian.

MAZMUR,KIDUNG PUJIAN DAN NYANYIAN
1.    "Mazmur", Yunani: ψαλμος - psalmos dari kata ψαλλω - psallô  (memetik dengan jari), adalah syair yang dinyanyikan,   biasanya diiringi dengan musik.
2.   "Kidung puji-pujian", Yunani υμνος - humnos dari kata υδεω - hudeô (mengadakan peringatan, perayaan), adalah lagu yang berisi pujian kepada Allah, pahlawan, orang-orang besar. Saat sebelum kematian-Nya, Yesus Kristus pun "menyanyikan kidung puji-pujian" sebelum ke taman Getsemani di bukit Zaitun, Yerusalem.
3.   "Nyanyian", Yunani ωδη - ôdê adalah istilah umum untuk "lagu". Untuk membuat kata ini menjadi lebih spesifik biasanya ditambahkan keterangan seperti 'ôdê pneumatikos', "lagu rohani"; 'ôdê kainos', "nyanyian baru" (Wahyu 5:9, 14:3); 'ôdê môseus', "nyanyian Musa" (Wahyu 15:3)
Dengan demikian maka dapat diartikan “ Sebuah syair yang dinyanyikan (dilombakan)dengan menggunakan alat-alat music (tanpa alat music) adalah untuk suatu PERINGATAN atau PERAYAAN,dan oleh seban itu Syair lagu itu adalah 'ôdê pneumatikos' atau Lagu Rohani /Nyanyian Rohani.
Maka BENYANYI DAN BERSORAK ;adalah suatu keadaan dimana seseorang sedang MENYERUKAN DALAM KEADAAN GEMBIRA tentang sesuatu Hal,dan itulah yang dimaksud oleh Rasul Paulus bahwa dengan MAZMUR,KIDUNG PUJIAN dan NYANYIAN ROHANI,sedang dipakai untuk : MENEGUR, MENASEHATI DAN MENGAJAR.

TUJUAN BERSAMA:”TAKUT TUHAN DAN CINTA LINGKUNGAN” Dalam Kemitraan GKI dan Pemerintah Kota Jayapura,maka GKI Pniel melalui Panitia dan Peserta Lomba pada tanggal 1 dan 2 Maret 2019 hendak memaknai Pesan Tema Lomba “BERNYANYI DAN BERSORAK BAGI TUHAN DENGAN SEGENAP HATI”adalah ..untuk Menegur,Menasehati dan Mengajar, ..tentang Takut akan Tuhan agar Manusia dapat Mencintai Lingkungan. Maka Lomba Paduan Suara ini telah menjadi Pesan Moral dan “eco-pastoral”  bagi masyarakat  Kota Jayapura /Port Numbay,sehingga yang terbaik ;Pesan TUHAN..dialah menjadi Duta Lingkungan Hidup di GKI,bagi MANUSIA,AIR DAN HUTAN di Tanah Papua.

Senin, 18 Februari 2019

DIRANCANG BUAT PANITIA PASKAH WIJK 8


 BAGIAN DEPAN DARI PEMBATAS ALKITAB



BAGIAN BELAKANG