YESUS MENGKRITIK ORANG FARISI DAN AHLI TAURAT
Pertama;Kedatangan para ahli Taurat dan orang Farisi untuk menemui Yesus diawali dengan sebuah pemandangan yang menarik ketika mereka melihat beberapa orang murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Oleh karena Yesus sendiri mengetahui adat-istiadat bangsa Yahudi,maka Yesus merespons dengan mengkritik cara orang Farisi dan ahli Taurat memahami adat istiadat dan mengatakan “sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat-istiadatmu sendiri” (ayat 9).
Kedua;Kritik berikutnya Yesus mengutip Hukum kelima “hormatilah ayahmu dan ibumu” yang dalam penerapannya oleh orang Farisi dan ahli Taurat ternyata diberlakukan tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan dari hukum ke 5 itu, yaitu dengan melegitimasi ketaatan kepada Tuhan dalam bentuk pemberian korban adalah hal yang lebih utama daripada menghormati orangtua. Menurut Yesus hal yang prinsip bukanlah apa yang dari luar dan masuk ke dalam diri orang tersebut yang menajiskan, tetapi apa yang keluar dari orang itu. Itulah yang menajiskannya (ayat 15). Jadi, yang terpenting bagi Yesus adalah apa yang nyata dalam sikap dan perbuatan, apakah itu perbuatan baik atau perbuatan buruk, bukan apa yang “masuk”; yang diterima, dan dipahami. Karena itu, Yesus tidak menegur para murid yang dinilai menyalahi adat-istiadat orang Yahudi
YESUS VS ORANG FARISI: Ajaran Yesus ini mengingatkan orang supaya tidak memusatkan tujuan kita dengan “memasukan” banyak hal dari luar ke dalam diri kita apakah itu pengetahuan, informasi, dan sebagainya. Tetapi yang mau Yesus tegaskan adalah apakah yang masuk itu akan mengeluarkan kebaikan atau keburukan? Bisa saja ada banyak pengetahuan tentang kebaikan yang kita terima, tetapi akan mengeluarkan keburukan atau sebaliknya. Jadi ketika Orang-Orang Farisi menanyakan mengapa murid-murid tidak hidup menurut Adat-istiadat Yahudi,Yesus mengecam mereka dengan ngutip Nubuat Nabi Yesaya dengan mengatakan mereka sebagai orang-orang munafik,karena mereka tidak memuliakan Allah dengan “adat” tetapi “hati” mereja jauh dari Tuhan.
IMAN VS LOGIKA; Di era digital dalam abad milenial,Iman dan Logika banyak dipertentangkan. Agama kadang hanya manjadi sebuah hukum tanpa Iman/Kepercayaan. Kekristenan menunjukan bahwa setiap orang adalah Pengikut Kristus. Di sinilah orang Kristen harus menjadikan Hatinya sebagai Pusat Kontrol daril semua pikiran dan perilakunya. Hatilah yang akan menjadi titik tolak untuk mendorong, mempengaruhi, dan mengontrol orang Kristen untuk menghasilkan buah-perbuatan yang baik dan benar dalam tindakan. Hati orang Percaya akan menjadi pusat perhatian Tuhan karena Roh Kudus akan selalu membantu kita mempertimbangkan semua yang masuk, sehingga tidak mencelakakan hidup kita.
INJIL DAN “ADAT MILENIAL”.
1. Injil adalah Kabar Baik. Apa yang baik di dalam Injil adalah Yesus telah memproklamirkan Kedatangan Kerajaan Allah,dimana Pemerintahan Allah sedang berlangung di dunia dengan Tanda-Tanda Kuasa dan Mujizat. Hukum yang berlaku dalam Injil adalah Hukum Kasih;mengasihi Tuhan Allah dan Sesama manusia. Orang Kristen dan Generasi abad Milenial dituntut mentaati “Hukum Injili” itu dalam kehidupannya dengan menjadikan HATI sebagai Pusat Kontrol dan Pengendalian semua “energi” negatif,karena Hati adalah Tempatnya Roh Kudus. Sekalipun kita tidak bisa hidup tanpa Teknologi Digital di abad Milenial ini,tetapi kitalah yang harus menguasainya dan tidak dikuasai olehnya. Maka dengan "tradisi gaya hidup smartphone" haruslah digunakan untuk menjadi "alat pemberitaan Injil". Sebab sadar atau pun tidak "manusia abad ini" sebagiannya adalah "robot" yang hanya bisa digerakkan oleh sebuah teknologi digital.
2. “Adat Milenial” ditandai dengan perkembangan Teknologi Digital ,dengan perangkat lunak yang berkembang pesat dari waktu ke waktu. “Tradisi milenial” terus berkembang dengan Aplikasi2 Gadget yang menyajikan konten-konten baik positif maupun negatif. Dunia Digital menyajikan semua hal yang dapat masuk kedalam diri orang Kristen,yang berpotensi mematikan Iman yang bertumbuh dalam “tradisi Injil” itu. Maka Perjumpaan Injil dengan “Adat Milenial” ini ada positif dan negatifnya. Tinggal bagaimana HATI tiap-tiap orang Percaya,untuk mengontrol dan menyaring mana yang baik dan mana yang buruk melalui Media Gadget. Maka Pesannya adalah bahwa : Janganlah Jempol kita bergerak lebih cepat dari pertimbangan hati. Janganlah Menilai sesuatu hanya dari gambar,tanpa membaca informasi yang sebenarnya. Pakailah HATI sebagai pusat Kontrol atas Kehidupan beriiman kepada TUHAN.